Hafid adalah seorang pemuda penjaga unta yang bekerja untuk Pathros, seorang saudagar terhebat di dunia. Karena suatu hari Hafid jatuh cinta kepada seorang wanita keturunan orang kaya, dia meminta kepada Pathros agar diajarkan cara menjadi seorang saudagar. Meskipun pada awalnya Pathros kurang yakin dengan kesungguhannya, Hafid berhasil menjawab tantangan Pathros, dan membuat dia mewariskan padanya sepuluh gulungan yang berisi pedoman untuk menjadi the next greatest salesman in the world.
Setengah dari buku The Greatest Salesman in the World karangan Og Mandino tahun 1968 ini berisikan apa yang tertulis di dalam gulungan-gulungan tersebut. Meskipun isinya spesifik ditujukan untuk seorang yang berprofesi sebagai penjual/salesman, tetapi nilai kebijaksanaan yang ditawarkan dapat diaplikasikan oleh siapa pun untuk memperbaiki hidupnya.
Dari sepuluh gulungan tersebut, sembilan gulungan terakhir berisi nilai-nilai yang perlu dimiliki jika kita ingin menjadi seorang salesman yang sukses. Sedangkan gulungan pertama adalah gulungan spesial. Gulungan ini berisikan cara untuk membaca gulungan lain agar kebijaksanaan yang terkandung di dalamnya tak sekedar rantaian kata yang meletupkan semangat yang bersifat sesaat, namun dapat terinternalisasi menjadi bagian dari setiap tarikan nafas kehidupan kita.
Singkatnya, untuk mengubah diri kita saat ini menjadi diri yang ideal adalah dengan disiplin membentuk kebiasaan kita. Kebanyakan aksi yang kita lakukan adalah hasil reaksi bawah sadar dari kebiasaan, maka dari itu penting untuk membentuk kebiasaan yang baik, dan meninggalkan kebiasaan yang buruk. Dan metode yang digunakan untuk membentuk kebiasaan di dalam buku ini adalah dengan hanya membuka satu gulungan dan membacanya berulang kali sehari selama satu bulan, sebelum beranjak ke gulungan selanjutnya.
Intisari dari buku ini menurut saya pribadi adalah bagaimana cara melakukan transformasi terhadap diri kita sendiri menuju pribadi yang kita inginkan.
Langkah pertama adalah merumuskan nilai-nilai kehidupan yang ingin kita pegang. Prosesnya tidak instan. Perbanyak membaca. Cari teladan dan pelajari sifat serta pola pikirnya. Hadiri ruang-ruang dialog. Jangan lupa untuk menyendiri dan berkontemplasi. Tabrakkan ide dan gagasan di dalam pikiran, agar yang tersisa adalah buah pemikiran yang kuat dan matang.
Jika nilai-nilai tersebut sudah ada, maka jalankan strategi untuk membentuk kebiasaan kita sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Strateginya bisa seperti yang diberikan oleh gulungan I di dalam buku, atau yang lebih sistematis seperti yang dijelaskan pada buku The Power of Habit: Why We Do What We Do in Life and Business oleh Charles Duhigg.